📈Jurnalisme Data dan Jurnalisme Presisi📐

(dalam Jurnalisme Kontemporer)

Spirit Ritual
4 min readMar 12, 2020
Illustrated by self

Belajar kajian ilmu jurnalistik hari ini dan 10 tahun lalu sangat berbeda. Perintilan dan istilah baru dalam dunia pemberitaan dan informasi akrab ditemukan seiring bertambahnya angka pada kalender, dan ya, internet. Sounds so cliche, tapi memang ditemukannya internet adalah pencapian terbesar yang mengubah dunia setelah gelombang elektromagnetik dan nuklir.

Terobosan besar ini berdampak pada mahasiswa jurnalistik yang kini perlu menyoroti lebih seksama perihal digitalisasi jurnalistik. Teori publisistik dari tokoh besar yang kita tahu diawal semester dalam mata kuliah ‘Dasar-Dasar Jurnalistik’ tak lagi persis seirama dengan praktek di lapangan. Bukan hanya medium yang berganti, namun juga terkait pada intensitas kebutuhan masyarakat akan informasi, juga jenis informasi yang dibutuhkan. Pergeseran ini memiliki nama keren Jurnalisme Kontemporer. Jurnalisme yang diilhami oleh internet ini setidaknya memunculkan 2 cara baru.

Jurnalisme Data

Pengumpulan data biasanya diperoleh dari wawancara dengan narasumber atau terjun langsung ke lokasi liputan. Kini, informasi bisa diperoleh melalui penghimpunan data dari internet, yang kemudian diolah dan dianalisis, lalu disajikan dengan tampilan visual data yang menarik (infografik). Infografik bisa ditemui dengan mudah pada laman linimasa Instagram dan Twitter karena efisiensinya dalam memaparkan berita tanpa mengurangi kualitas berita tersebut. Sebuah bentuk baru jurnalisme yang dikenal dengan jurnalisme data atau sebagian kalangan menyebutnya data-driven journalism.

Jurnalisme data merupakan kombinasi dari aktivitas menghimpun dan memvalidasi data sebagai sumber informasi yang utama, menginterogasi data dengan menggunakan aplikasi olah data statistik, dan visualisasi data. (Sanusi, 2018)

Jurnalis data menghimpun, mengolah, menganalisis dan menginterpretasi data-data yang dirilis dalam situs-situs resmi pemerintah atau perusahaan swasta selama bertahun-tahun untuk menghasilkan sejumlah laporan berita. Hal ini memberi peluang sekaligus tantangan khas bagi jurnalis dalam setiap prosesnya. Kabar baiknya jurnalisme data mendorong pada praktik-praktik jurnalisme yang lebih terbuka, berkualitas dan transparans.

Produk jurnalis data yang dimuat harian Kompas.com

Lanjutkan membaca https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2019/12/14/190300265/infografik--10-film-paling-dicari-di-google-indonesia-sepanjang-2019

Bila dilihat, berita tersebut merupkan ficer yang menarik di penghujung tahun. Berisi data tak penting yang menggiurkan meminta untuk diklik siapapun yang membaca judulnya. Data yang dipakai berupa data digital yang juga menghimpun data penggunaan mesin pencari digital (dibaca: google.com). Sangatlah jurnalisme data yang kontemporer.

Jurnalisme Presisi

Kebutuhan masyarakat urban yang makin kompleks menuntut secara tidak langsung informasi yang lebih mendalam untuk dimunculkan. Berita dengan format 5W+1H tidak dapat memenuhi hasrat penasarannya akan sebuah topik informasi. Jurnalisme presisi datang untuk memenuhi kekosongan ini.

Jurnalisme presisi diketahui sebagai genre jurnalisme yang menautkan antara pekerjaan jurnalistik dengan pekerjaan saintis sosial. Jurnalisme presisi adalah metode peliputan berita dengan menggunakan riset ilmu sosial di mana peristiwa, karakteristik, tingkah laku atau sikap diubah menjadi angka-angka untuk ditelaah dan dianalisis dengan metode survei, analisa isi dan eksperimen lapangan. (Latief, 2018) Kemunculan jurnalisme ini disebabkan karena beberapa fenomena ekonomi sosial budaya politik yang tidak lagi mampu dijelaskan melalui peliputan berita konvensional yang sifatnya naratif dan deskriptif.

Jurnalisme presisi memiliki dua tahapan kerja liputan. Tahap pertama adalah tahap proses riset, mulai dari pendefinisian isu, pengerangkaan rencana peliputan, pencarian fakta hingga pengolahannya. Sedang tahap kedua yaitu pelaksanaan kerja penulisan jurnalistik (Santana, 2003 dalam Muadinullah dan Muhammad, 2014)

Sebagai contoh dari jurnalisme presisi adalah ketika program televisi Mata Najwa membuat polling Pilpres pada laman media sosial Facebook, Instagram dan Twitter yang ditutup pada 23 September 2018 lalu.

Lanjutkan membaca https://www.google.co.id/amp/s/makassar.tribunnews.com/amp/2018/09/23/hasil-polling-pilpres-mata-najwa-prabowo-sandi-menang-telak-di-fb-dan-ig-jokowi-maruf-di-twitter

Sangat menarik. Gambar diatas memuat judul yang cukup deskriptif, mengingat sulitnya menjabarkan euphoria sekaligus keriuhan pendukung masing-masing pasangan Capres di setiap flatform media sosial secara naratif. Najwa Shihab memanfaatkan fitur polling yang tersedia untuk membuat polling. Seperti yang kita tahu bahwa polling merupakan salah satu alat pengumpulan data yang valid (di luar masalah akurasi), dan Najwa Shihab dikenal sebagai jurnalis politik yang independen, maka hasil risetnya ini bisa diangkat menjadi sebuah berita. Penempatan polling pada tiga platform tersebut juga cukup menjelaskan dan mewakilkan tipifikasi dari karakteristik pemilih secara tingkat sosial. Hasil riset tersebut memberi gambaran sosok pemimpin seperti apa yang diidamkan oleh masing-masing tipifikasi partisipan polling. Dengan kata lain, golongan sosial pendukung kedua Capres menjadi lebih jelas.

Jurnalisme data dan jurnalisme presisi sebagai perpanjangan jurnalisme kontemporer, keduanya tercipta tidak lain tidak bukan untuk menjawab pertanyaan mengenai kekuatan jurnalistik yang semakin hari kian diragukan. Meski tidak tersaji pada medium yang konvensional seperti halnya dulu saat jurnalistik begitu dipuja, mereka membuktikan bahwa kredibilitas jurnalistik belum mati dan akan terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi serta mematahkan mitos kepunahan jurnalistik di masa depan.

Era digital dan informasi baru saja dimulai, ratusan hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya dalam lingkup teknologi infomasi dan komunikasi sangat mungkin ditemukan dalam perkembangannya. Sedikit bahasan tentang ilmu yang maha dinamis serta modernitas. Keduanya seharusnya ada untuk mempermudah segalanya namun juga kadang terasa begitu rumit dalam beberapa sisi. 🧐😉✊🏻

REFERENCES

Latief, Rahmawati. 2018. Penerapan Jurnalisme Presisi Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (PILKADA) Di Indonesia. Jurnalisa Vol 04 Nomor 1/Mei 2018. Diakses pada: 12 Maret 2020

Muadinnullah dan Idris, Muhammad. 2015 Penerapan Jurnalisme Presisi di Harian Radar Malang. Newsroom Study pada Proses Produksi Rubrik The Youth Edisi 9 Juli – 8 Oktober 2014. Diakses pada 12 Maret 2020

Sanusi, Hartinah. 2018. Jurnal Jurnalisme Data: Transformasi dan Tantangan Era Digital Jurnal. Tabligh Volume 19 No 1, Juni 2018 :20 – 43. Diakses pada 12 Maret 2020

--

--

Spirit Ritual
Spirit Ritual

No responses yet