Manusia

Menjawab pencarian manusia (16/02/23)

Spirit Ritual
2 min readFeb 18, 2023

The Idea of What’s Should be as ME vs Skenario Allah

Dalam proses menemukan jawaban demi jawaban atas apa yang dipertanyakan, semalam aku menjemput sebuah kesadaran yang melegakan. Kutipannya demikian,

Aku membuat monster yang bernama Tia Habibah selama 15 tahun terakhir. Yang mana dikonsepkan HARUS seperti ini, ini, dan ini. Dan yang dilakukan selama ini adalah untuk mengejar itu? Standar yang kubuat sendiri? Bukan menjalankan standar yang Allah kasih untukku.

Ditulis dalam jurnal harian, kesadaran itu akhirnya hinggap dan ditangkap. Melanjutkan kesadaran sebelumnya, mungkin inilah waktu terbaiknya sebab aku kini baru siap. Siap menerima hujaman kenyataan setelah memilih melepaskan ilusi. Ilusi bahwa apa yang diketahui selama kanak-kanak hingga remaja tidaklah relevan lagi.

Yang Allah minta jalankan berupa ketidaksempurnaan hidup, realita, dan ketidaknyamanan yang dialami sebagai manusia. Sedangkan The idea of whats should be as me berupa respon otomatis melawan realita dan ketidaknyamanan yang dialami sebagai manusia.

Plot twist nya adalah,

Ketenangan tidak dilihat atau didapat menggunakan sudut pandang manusia, namun hamba. Dan cara memperoleh tenang adalah dengan hidup dalam ketidaknyamanan manusia yang meliputi ketidaknyamanan ego, ketidaknyamanan emosi, ketidaknyamanan gengsi, juga ketidaknyamanan logika. Namun berlindung dibawah kenyamanan iman, yang hanya hadir saat mengenyampingkan kenyamanan lainnya yang bersifat duniawi.

Kenyamanan yang selama ini dicari bersembunyi dibalik ketidaknyamanan.

Kesempurnaan yang diusahakan berada dalam kelapangan menjalani dan mengakui ketidaksempurnaan.

Ketenangan hanya dapat ditemukan diantara kesiapan atas keriuhan dan kekacauan.

(Sumber: jurnal penulis)

Sejauh mana aku menempuh imajiner path yang ku impikan, tidak membuatku membumi. Sebab aku tidak menapaki jalan sesungguhnya yang Allah siapkan untuk aku jalani. Ya, mungkin aku senang sudah melesat terbang menjadi seseorang yang kuinginkan, tapi perasaan kosong akan contentment juga menghantui disaat yang bersamaan. Hal itu sebab ada jalan yang kulewatkan. Dan terlalu jauh melesat terbang juga kadang menimbulkan kebingungan lain tentang bagaimana cara untuk melanjutkan atau bahkan memulai menapaki lagi jalan yang sesungguhnya paling nyata.

Setidaknya itu yang aku alami. Hidup dalam ilusi yang dibuat karena? Sesederhana aku adalah manusia. Tapi kemudian melupakan tugas lain yang lebih utama, yaitu menghamba.

Logika manusia pada umumnya; Mengejar kesempurnaan karena menjanjikan kenyamanan, maka lahirlah apa itu tenang.

Nyatanya,

Kelapangan menjalani dan mengakui ketidaksempurnaan menghadirkan perasaan tidak nyaman, dan kesiapan atas kekacauan yang ditimbulkannya lah yang menghadirkan tenang.

--

--

Spirit Ritual
Spirit Ritual

No responses yet